« Home | Tipe-tipe Wanita dalam Alquran » | Pesankan saya tempat di neraka !!! » | Apa Tuhan itu ada? »

Ujian Cinta

Ujian dalam kehidupan manusia adalah sebuah keniscayaan. Baik itu berupa rasa takut, kehawatiran atau kelaparan, kekurangan harta, kematian, dan sebagainya. ''Dan sungguh akan Kami uji kamu sekalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.'' (QS Al-Baqarah: 155).

Sikap orang beriman memandang ujian sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri. Menghadapi ujian itu dengan ketabahan dan kesabaran yang merupakan puncak keimanan dan ketakwaan. Kehidupan dan kematian merupakan jalan panjang manusia untuk menguji apakah seseorang mampu mengisinya dengan perilaku dan amal kebaikan atau tidak.

Pangkat dan derajat yang diraih seseorang pada hakikatnya adalah ujian. ''Dan Dia meninggikan (pangkat) sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS Al-An'am: 165). Bahkan, keburukan dan kebaikan yang merupakan standar penilaian amal manusia, sesungguhnya adalah ujian dan cobaan. ''Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).'' (QS Al-Anbiya: 35).

Apalagi kekayaan dan kemiskinan, harta benda dan jiwa, semuanya adalah sarana dan sekaligus bentuk konkret ujian. Oleh sebab itu, semuanya harus benar-benar dipahami dan disikapi secara objektif dan proporsional. Karena sesungguhnya pemberian Allah kepada hamba-Nya yang berupa kekayaan tidaklah identik dengan penghargaan dan penghormatan. Demikian pula sebaliknya, kemiskinan dan penderitaan yang ditimpakan kepada seorang hamba bukanlah berarti sebagai penghinaan atas dirinya.

Dalam konteks keimanan seseorang, ujian adalah titik awal dan penentu, sehingga pada gilirannya nanti manusia tidak memiliki alasan untuk menyalahkan orang lain, bahkan Tuhan sekalipun.Yang menarik untuk dicermati adalah petunjuk Rasulullah SAW bahwa antara ujian dan cinta kepada Allah SWT memiliki keterkaitan yang sangat erat. Seseorang mesti diuji untuk dicintai dan akan dicintai dengan ujian.

''Sesungguhnya jika Allah SWT (akan) mencintai sekelompok kaum maka diujilah mereka. Maka barang siapa rela (menerimanya) maka baginya adalah kerelaan (Allah SWT), dan barang siapa murka maka baginya adalah kemurkaan dari Allah SWT.'' (HR Tirmidzi).

Dalam terminologi Alquran, kerelaan menerima ujian disebut dengan sabar, sebuah sikap dan keyakinan objektif bahwa semua itu terjadi semata-mata karena kehendak Allah SWT. ''Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, 'Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali'. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Allah.''

(M Badrun Syahir )